Pesta Kebun Apel

Saya Masih setia dengan “Keluarga Punggawa” belum ada niat untuk pindah keluarga, lha wong mind map emang Sustainable living he…he… Setelah berkumpul menjadi satu keluarga dan saling berkenalan akrab dan hangat, boleh dong kita ngadain pesta kebun. Yah, anggap aja pesta perjmpaan keluarga baru.

Hidangan pestanya bukan camilan, mba yu tapi makanan berat semua.  Saya jadi galau nih mau makan yang mana, kalau dimakan semua takut kekeyangan dan muntah.  Well, saya putuskan ambil dua hidangan berat saja dulu, biar fokus dan bisa langsung praktik di rumah.

Nah, ini nih makanan berat yang saya konsumsi

Screenshot (173)

Yups, berkebun dan Composting.  Bersyukur banget hidangan utamanya disajikan bertahap sambil Ngopi (ngobrol pinter) jadi nggak terasa berat.  Saya coba membuat resume obrolan para mastah yang tergabung dikeluarga Punggawa Semesta seputar berkebun dan composting.

Berkebun untuk pemula memang harus dilakukan secara bertahap biar nggak males dan hopeless.  Awali dulu dengan kebun pot menanam tanaman yang mudah tumbuh, mudah dikembangbiakkan dan tidak membutuhkan perawatan ekstra.  Istilahnya tanaman yang nggak rewel.  Misalnya, tanaman sirih-sirihan.  Kalau sudah lihat hasilnya, naikkan jadi kebun sayur atau kebun bunga.  Setelah itu naik level ke landscaping kemudian permaculture.  Berkebun melatih kita sabar menunggu hasil dengan ikhtiar yang konsisten bukan sabar menunggu keajaiban.

Berkebun sayur pun baiknya dimulai bertahap (auto keingetan game Harvest Land dan Farm Frenzy wk…wk…).  Balik lagi sih kenapa harus bertahap biar nggak patah hati karena ekpektasi berbeda dengan kenyataan.  Awali saja dengan menanam bayam atau kangkung yang mudah tumbuh.  Asalkan medianya bagus, tinggal sebar benih tanaman tersebut akan tumbuh dengan baik.  Sinar matahari yang cukup dan penyiraman yang rutin maka nggak bakal gagal panen.  Sekiranya skill dan pengetahuan sudah bertambah bolehlah menanam tanaman yang lain semisal kembang kol.

Banyak sekali istilah-istilah baru yang baru saya kenal seputar berkebun antara lain:

  1. Refuqia

Refugia merupakan suatu area yang ditumbuhi beberapa jenis tanaman yang dapat menjadi pengalih musuh alami seperti predator (belalang, wereng, penggeret batang atau ulat daun) dan parasite.  Refuqia bisa merupakan tanaman bunga-bunga yang ada di pinggir atau galangan sawah.  Tanaman hias itulah yang akan menarik serangga sebagai musuh alami tanaman pangan.  Tanaman refuqia biasanya merupakan tanaman hias dengan bunga yang mencolok warnanya misalnya bunga matahari, kembang kertas dan kenikir.  Selain dengan tanaman bunga, refuqia juga dapat menggunakan tanaman gulma berbunga, contohnya Asteracea (aster-asteran), pegagan, krokot .  Perlu diperhatikan saat menggunakan refuqia hendaknya ditanam agak berjauhan dengan tanaman utama untuk menghindari berebut hara dan air.

tanaman refugia

  1. Mulsa

Seringkali di kebun kita melihat bedengan yang ditutup dengan plastik atau sisa-sisa organik.  Penutup bedengan kebun itu disebut mulsa.  Fungsinya sebagai penjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.  Mulsa dikategorikan sebagai mulsa organik dan non-organik.  Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alam yang bersifat mudah terurai seperti jerami, ranting, batang pisang dan alang-alang.  Sedangkan mulsa non-organik terbuat dari bahan-bahan yang sulit atau tidak dapat terurai contohnya plastik dan karung.

 

  1. Polikultur

Polikultur atau tumpang sari merupakan bentuk pertanaman campuran (polyculture) yang melibatkan dua atau lebih jenis tanaman pada suatu lahan/areal pertanaman pada waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan.  Kebanyakan studi tumpangsari berfokus pada tumpangsari antara tanaman kacang-kacangan dan serealia. Sistem ini merupakan sistem pertanian yang berkelanjutan dimana pemanfaatan sumber daya alam lebih efisien.

  1. Vertikultur

Vertikultur yaitu teknik budidaya tanaman yang dilakukan secara vertikal. Vertikultur biasa diterapkan pada lahan sempit, namun tidak menutup kemungkinan diterapkan di lahan atau pekarangan yang luas.  Masyarakat urban yang memiliki lahan sempit atau bahkan tidak ada lahan tersisa dapat menggunakan teknik vertikultur untuk budidaya tanaman. Hal ini karena vertikultur dibuat secara bersusun dan bisa diletakkan dimana saja, misalnya vertikultur bisa diletakkan di teras rumah. Vertikultur ini membuat pemanfaatan lahan lebih efektif.

Sementara obrolan tentang Composting masih seputar teknik yang digunakan untuk mengokompos sisa organik.  Penggunaan komposter pot dianggap sangat mudah dan murah.  Hanya butuh pot baik yang terbuat dari plastik atau gerabah, dilubangi sisi-sisinya untuk sirkulasi udara.  Bagian bawah pot dialasi dengan daun kering dan tanah kebun, lalu masukkan sisa organik dan tutup lagi dengan tanah kebun, tunggu beberapa minggu sampah organik akan terurai menjadi kompos.

Dua hidangan berat ini sih yang saya pelajari dengan serius, semoga minggu depan bisa nambah ilmu-ilmu baru.  Bener dech semakin lama tinggal bersama keluarga punggawa semesta makin banyak ilmunya.  Terima kasih sobat punggawa semesta.

Leave a comment