Finding Family

Screenshot (172)

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh… jumpa lagi teman di jurnal kelas BunCek.  Saat ini sudah memasuki jurnal ketiga di tahap ulat.  Semakin curious dan exited mengikuti kelas ini. Oiya…  Judul jurnal ketiga tahap ulat ini emang pas banget sama tugasnya.  Beneran kita disuruh mencari keluarga yang sesuai dengan minat belajar yang sudah dituangkan di mind map.  Awalnya saya agak mungsret, karena dari Regio Surabaya cuma saya yang ingin belajar berkebun.  Tetapi, Alhamdulillah pada akhirnya saya bertemu keluarga sustainable living yang kece abis.  Anggota keluarganya bukan kaleng-kaleng tetapi pakar-pakar yang ilmunya sudah segambreng.  Apalagi pas tahu kepala keluarganya Madam Emir yang sudah saya kenal dekat dan beberapa kali pernah bertemu, duh langsung happy.  Hilang sudah semua gundah gulana.

Keluarga kami diberi nama “Punggawa Semesta” pemberian nama ini berkaitan dengan alasan terkuat atau hidayah yang kami temukan sehingga memilih untuk melakoni hidup berkelanjutan.  Terus terang saya mah belum pantas menyandang gelar Punggawa Semesta.  Karena masih sedikit yang saya lakukan buat menjaga keseimbangan dan keberlangsungan planet bumi ini.  Semoga setelah bertemu dengan keluarga ini, keyakinan saya untuk melakoni hidup berkelanjutan lebih kokoh dan istiqomah.

Setelah ketemu keluarga langsung dong kita kenalan serta ngobrol santai tentang kisah hijrah masing-masing anggota.  Jujur saya sangat takjub dengan kisah hijrah mereka sangat inspiratif dan insightfull.  Apa saja yang kami obrolkan? Pastinya seputar sustainable living, pemilihan anggota yang live di Grup FB Institut Ibu Profesional, pemilihan nama keluarga dan buat jadwal untuk kenal lebih dekat.  Berikut point-point obrolan  kami di keluarga Punggawa Semesta,

Sustainable Living

Sustainable living disingkat SL bisa diartikan sebagai hidup berkelanjutan.  SL sangat luas tidak sebatas pilah dan olah sampah, composting atau ecogreen.  SL merupakan ilmu yang luas dan holistik, tentang keseimbangan.  Bukan hanya menyeimbangkan keberadaan kita dengan alam, namun juga dengan Tuhan Yang Menciptakan dan Makhluk ciptaan-Nya.  SL bisa diartikan sebagai gaya hidup tidak hanya berdampingan dengan alam saja, tetapi juga bagaimana hidup seimbang satu sama lain sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Permakulture

Istilah ini pun saya masih awam.  Permakulture yaitu cabang ilmu desain ekologis, teknik ekologis dan desain lingkungan yang mengembangkan arsitektur berkelanjutan dan sistem pertanian swadaya berdasarkan ekosistem alam. Permakulture sendiri seperti mengembalikan fitrah bagaimana manusia hidup seharusnya.  Berhubung sekarang jaman serba instan segalanya bisa didapat dengan mudah.  Contoh kecilnya, mau makan buah tinggal beli di pasar atau supermarket.  Kita tidak perlu bersusah payah menanam dan merawat tanaman buah untuk menikmati buahnya.  Sayangnya segala hal yang instan dan kemudahan justru membuat kita menjadi orang-orang yang less awareness terhadap tempat tinggal kita sendiri yaitu Bumi.   Inti dari permakultur adalah: Peduli bumi karena tanpa bumi yang sehat, manusia tidak bisa sejahtera

Edible Flower

Namanya emak-emak setelah ngobrol serius ujung-ujung ke dapur juga.  Kita ngobrol tentang green cooking, real food dan akhirnya bicara tentang edible flower.  Kalau yang ini sih rasanya sudah kenal semua, ya apa sih edible Flower itu?  Yups… edible flower yaitu istilah untuk jenis tanaman bunga yang aman dikonsumsi oleh manusia.  Tekstur, aroma, dan rasanya yag unik menjadikan bunga menjadi pilihan sbagai bahan kreatif dan inovatif dalam dunia kuliner.  Di luar negeri, pemakaian bunga dalam salad, ice cream dan minuman sudah bukan hal baru lagi.  Bahkan edible flower sendiri sudah dikenal sejak pemerintahan Ratu Victoria.  Di Indonesia pemakaian bunga melati sebagai campuran teh juga sudah dikenal luas sejak dulu hingga sekarang.  Satu hal yang perlu kita ketahui tidak semua bunga dapat dikonsumsi.  Jenis bunga yang tergolong edible flower antara lain; Calendula atau Marigold, Carnation (Dianthus), Krisan (Chrysanthemum), melati, kembang telang, kembang sepatu, mawar, Bunga matahari, kembang teratai, dan bunga kenikir.

Green Beauty

Ini juga salah satu topik yang seru dibahas oleh anggota keluarga.  Green Beauty  merupakan perawatan kecantikan berbasis bahan alami dan organik.  Sebenarnya green Beauty bukan sekadar perawatan saja tetapi lebih pada gaya hidup sehat.  Istilah kerennya back to nature, kembali menggunakan bahan alam untuk segala aktivitas sehari-hari.  Membuat dan memakai sabun alami selain untuk kesehatan dan kecantikan kulit juga membantu mengurangi jejak karbon.  Selain sabun alami, kita juga bisa membuat shampoo, sabun cuci baju, pembersih wajah, pelembab kulit dll.

Composting dan Pilah olah Sampah

Eits… bukan hanya sebatas kecantikan dan makanan yang membuat emak berbinar saat ngobrol bareng anggota keluarga.  Namun, masalah sampah juga jadi obrolan yang asik.  Pilah dan olah sampah ini, jadi ikhtiar yang paling butuh istiqomah dan kesabaran tingkat tinggi.  Tantangan paling berat adalah melawan wegah alias malas.  Yah… demi keselamatan bumi yang sudah sekarat harus terus dilakukan.  Sampah anorganik seperti plastik dan kertas bisa disetor ke bank sampah sedangkan plastik yang tidak diterima di bank sampah dapat dibuat ecobrick.

Sampah organik bisa diolah menjadi kompos.  Pembuatan kompos atau istilahnya composting banyak sekali tekniknya, yang paling mudah yaitu membuat juglangan.  Metode keranjang Takakura, metode pot, ataupun menggunakan komposter yang sudah jadi mempunyai tantangan tersendiri.  Satu hal yang paling membuat emak geli saat composting adalah munculnya larva atau belatung.  Bagi yang sudah biasa sih nggak masalah, tetapi untuk sebagian emak yang nggak sanggup melihatnya, langsung maju mundur untuk melakukan composting.

Urban Farming

Istilah ini sudah tidak asing lagi.  Bagi keluarga yang hidup di kota dan tidak memiliki lahan yang cukup untuk berkebun maka urban farming bisa menjadi pilihan.  Urban farming merupakan konsep memindahkan pertanian konvensional ke pertanian perkotaan, yang berbeda pada pelaku dan media tanamnya.  Orientasi pertanian konvensional pada hasil produksi, sementara urban farming pada karakter pelakunya yaitu masyarakat urban.  Hasil panen dari urban farming diwacanakan lebih sehat lantaran sepenuhnya menerapkan sistem penanaman organik  dan tidak menggunakan pupuk serta pestisida kimiawi.  Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam urban farming antara lain vertical garden, akuaponik, hidroponik dll.

Itulah sekelumit pengalaman dan cemilan bergizi yang saya peroleh di keluarga Punggawa Semesta.  Niat yang kuat saja tidak cukup untuk memulai hidup selaras alam.  Semangat yang naik turun bahkan kadang terkikis membuat nyali untuk berjuang habis.  Namun, Allah Maha Baik, saya dipertemukan dengan keluarga “Punggawa Semesta” yang anggotanya memiliki visi dan misi yang sama.  Bergerak bersama, bersinergi, saling menyemangati dan berbagi menjalani hidup berkelanjutan selaras alam.  Bahagia tak terkira sehingga sulit berkata-kata untuk menjabarkan rasa yang membuncah di dada.

2 Comments Add yours

  1. Kece as always kakak bundo 😍😍

    Like

  2. matur tengyu madam. Dikau lebih keren kok suka banget baca tulisan madam yang ringan tapi berbobot, love it

    Like

Leave a comment